OaLazar Biology (Rahasia Sukses Biologi )
Senin, 21 November 2011
Selasa, 27 September 2011
Rabu, 14 September 2011
pencernaan manusia
Laporan
Praktikum
Anatomi dan Fisiologi Manusia
DISUSUN OLEH :
MARIA ROSA K. LAZAR 091434024
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
a.
Acara
Praktikum
Peranan Empedu dan
Enzim Ptialin dalam Proses Pencernaan makanan
b.
Tujuan
Praktikum
1. Mahasiswa
mampu melakukan uji peranan enzim ptialin dan empedu dalam proses pencernaan
makanan.
2. Mahasiswa
mampu mengidentifikasi peranan enzim ptialin dan empedu dalam proses pencernaan
makanan.
3. Mahasiswa
mampu memahami proses pencernaan secara enzimatis terutama oleh enzim ptialin
dan mepedu.
c.
Dasar
Teori / Tinjauan Pustaka
SISTEM PENCERNAAN
MAMALIA
Sistem
pencernaan mamalia terdiri atas saluran pencernaan dan berbagai kelenjar
aksesoris yang mensekresikan getah pencernaan ke dalam saluran itu melalui
duktus (saluran). Peristalsis,
gelombang kontraksi berirama oleh otot polos pada dinding saluran pencernaan,
akan mendorong makanan di sepanjang ssaluran tersebut. Pada beberapa
persambungan antara segmen-segmen terspesialisasi (khusus) pada pipa
pencernaan, lapisan otot dimodifikasi menjadi katup berbentuk cincin yang
disebut sfingter (sphincter), yang menutup pipa pencernaan
tersebut seperti tali pengikat, dan
mengatur aliran materi di antara ruangan-ruangan dalam saluran itu.
Kelenjar aksesoris sistem pencernaan
mamalia adalah tiga pasang kelenjar
ludah (salivary gland), pankreas, hati (liver), dan organ penyimpanannya, kantung empedu (gallbladder).
Rongga
Mulut, Faring, dan Esofagus Mengawali Pengolahan Makanan
Rongga
Mulut
Pencermaan
makanan secara fisik dan kimiawi dimulai dalam mulut. Selama pengunyahan,
geligi dengan berbagai ragam bentuk akan memotong, melumat, dan menggerus
makanan, yang membuat makanan tersebut lebih mudah ditelan dan meningkatkan
luas permukaannya. Kehadiran makanan dalam rongga
mulut (oral cavity) akan memicu
refleks syaraf yang menyebabkan kelenjar ludah mengeluarkan ludah melalui
duktus (saluran) ke rongga mulut. Bahkan sebelum makanan sesungguhnya berada
dalam rongga mulut, ludah bisa dihasilkan sebagai antisipasi karena ada
hubungan yang telah diketahui antara waktu makan dalam satu hari, aroma
masakan, atau rangsangan lain.
Pada
manusia, lebih dari satu liter ludah disekresikan ke dalam rongga mulut setiap
hari. Terlarut dalam ludah adalah glikoprotein licin (kompleks
karbohidrat-protein) yang disebut musin, yang melindungi lapisan lunak rongga
mulut dari kerusakan akibat gesekan dan melumasi makanan supaya lebih mudah
ditelan. Ludah mengandung buffer
(dapar atau penyangga) yang membantu mencegah pembusukan geligi dengan cara
menetralkan asam dalam mulut. Zat antibakteri dalam ludah juga akan membunuh
banyak bakteri yang memasuki mulut melalui makanan.
Yang
terakhir, pencernaan karbohidrat, sumber energi kimia utama tubuh, dimulai
dalam rongga mulut. Ludah mengandung amilase
ludah (salivary amylase), enzim
pencernaan yang menghidrolisis pati (polimer glukosa dari tumbuhan), dan
glikogen (polimer glukosa dari hewan). Produk utama dari pencernaan oleh enzim
ini adalah polisakarida yang lebih kecil dan disakarida maltosa.
Lidah
akan mengecap makanan, memanipulasinya selama pengunyahan, dan membantu
membentuk makanan menjadi sebuah bola yang disebut bolus. Selama penelanan, lidah akan mendorong bolus ke bagian
belakang rongga mulut dan akhirnya ke dalam faring.
Faring
Daerah
yang kita sebut kerongkongan adalah faring (pharynx), persimpangan yang menuju ke esofagus dan trakea (batang
tenggorokan). Ketika kita menelan, bagian atas batang tenggorokan akan bergerak
ke atas sehingga lubang pembukaannya, glotis, tertutup oleh penutup dari tulang
rawan, yaitu epiglotis. Anda dapat
melihat pergerakan ini dalam naik turunnya jakun selama penelanan. Penutup
lubang batang tenggorokan akan melindungi sistem respirasi terhadap masuknya
makanan atau cairn selama penelanan. Mekanisme penelanan secara normal akan
menjamin bahwa bolus akan dipandu ke dalam jalan masuk esofagus.
Esofagus
Esopagus (esophagus) mengalirkan makanan dari faring turun ke lambung.
Peristalsis akan mendorong bolus sepanjang esofagus yang sempit. Otot pada
bagian paling atas esofagus adalah otot lurik (otot sadar). Dengan demikian,
tindakan penelanan dimulai secara sadar, tetapi kemudian gelombang kontraksi
tak sadar oleh otot polos pada sisa esofagus selanjutnya akan menggantikannya.
Amilase ludah terus menghidrolisis pati dan glikogen sementara bolus makanan
lewat melalui esofagus.
Lambung
Lambung adalah kelanjutan
dari esophagus, berbentuk seperti kantung. Lambung dapat menampung makanan 1
liter hingga mencapai 2 liter. Dinding lambung disusun oleh otot-otot polos
yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut.
Ada 3 jenis otot polos yang menyusun lambung, yaitu otot memanjang, otot melingkar,
dan otot menyerong.
Selain
pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan
senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi yang dihasilkan lambung
adalah :
- Asam HCl ,Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada usus halus
- Lipase , Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase yang dihasilkan sangat sedikit
- Renin , Mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya dimiliki oleh bayi.
- Mukus , Melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.
Hasil
penggerusan makanan di lambung secara mekanik dan kimiawi akan menjadikan
makanan menjadi bubur yang disebut bubur kim.
Fungsi HCI Lambung :
1. Merangsang
keluamya sekretin
2. Mengaktifkan
Pepsinogen menjadi Pepsin untuk memecah protein.
3. Desinfektan
4. Merangsang
keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang empdu mengeluarkan
getahnya.
Usus Halus
Usus halus merupakan
kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus
halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m),
serta ileum (± 3,6 m). Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi
saja, dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta
senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus.
Senyawa yang dihasilkan oleh usus
halus adalah :
- Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida
- Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino.
- Hormon Sekretin Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus halus
- Hormon CCK (Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus halus.
Selain itu, senyawa kimia yang
dihasilkan kelenjar pankreas adalah :
- Bikarbonat Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung
- Enterokinase Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino.
- Amilase Mengubah amilum menjadi disakarida
- Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol
- Tripsinogen Tripsin yang belum aktif.
- Kimotripsin Mengubah peptone menjadi asam amino
- Nuklease Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat
- Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar normal
- Hormon Glukagon Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal
Pencernaan makanan
secara kimiawi pada usus halus terjadi pada suasana basa. Prosesnya sebagai
berikut :
a)
Makanan yang berasal dari lambung
dan bersuasana asam akan dinetralkan oleh bikarbonat dari pancreas.
b)
Makanan yang kini berada di usus halus
kemudian dicerna sesuai kandungan zatnya. Makanan dari kelompok karbohidrat
akan dicerna oleh amylase pancreas menjadi disakarida. Glukaosa hasil
pencernaan kemudian diserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh
peredaran darah.
c)
Makanan dari kelompok protein
setelah dilambung dicerna menjadi pepton, maka pepton akan diuraikan oleh enzim
tripsin, kimotripsin, dan erepsin menjadi asam amino. Asam amino kemudian
diserap usus dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah.
d)
Makanan dari kelompok lemak,
pertama-tama akan dilarutkan (diemulsifikasi) oleh cairan empedu yang
dihasilkan hati menjadi butiran-butiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak
kemudian diuraikan oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam
lemak dan gliserol kemudian diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh
pembuluh limfa.
Usus Besar
(Kolon)
Merupakan usus yang
memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki panjang 1,5 meter, dan
berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu :
Kolon asenden, Kolon Transversum, dan Kolon desenden. Fungsi kolon adalah:
a) Menyerap air
selama proses pencernaan.
b) Tempat
dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan
bakteri usus, misalnya E.coli.
c) Membentuk
massa feses
d) Mendorong
sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran feses dari
tubuh ddefekasi.
Rektum dan
Anus
Merupakan
lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses
ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang
maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter
yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.
d.
Alat,
Bahan, dan Cara Kerja
Alat:
1. Tabung
Reaksi (5 buah) : berfungsi sebagai
tempat larutan yang akan diuji
2. Rak
Tabung Reaksi : berfungsi
sebagai wadah untuk menaruh tabung reaksi
3. Penjepit
Tabung Reaksi : berfungsi untuk
menjepit tabung reaksi pada saat
dipanaskan di atas
lampu spiritus
4. Pengaduk
dan Pipet Tetes : pengaduk digunakan
untuk mengaduk larutan agar
tercampur, sedangkan
pipet tetes
5. Gelas
Piala Kecil : digunakan
sebagai wadah air ludah
6. Gelas
Piala Sedang : digunakan
sebagai wadah larutan lugol, Benedict,
amilum, gula, dan sabun
7. Gelas
Piala Besar :
8. Gelas
Ukur Kecil : digunakan
untuk mengukur larutan dalam cc/ml
9. Lampu
Spiritus : digunakan
untuk memanaskan larutan
Bahan:
1. Air ludah
2. Empedu
3. Minyak kelapa
4. Larutan lugol
5. Larutan benedict
6. Larutan kanji/amilum
7. Larutan gula
8. Air Sabun/detergen
Cara kerja:
1. Percobaan I (peranan enzim ptyalin dalam proses
pencernaan makanan)
a)
Keluarkan ludahmu sekitar 5 ml dan tampung di dalam
gelas piala kecil
b)
Ambil 5 tabung
reaksi masing-masing tandai dengan huruf A,B,C,D, dan E.
c)
Isilah kelima
tabung dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabung
|
Isi
|
A
|
2,5cc lart.amilum + 2 tetes lugol
|
B
|
2,5cc lart.gula + 2 tetes lugol
|
C
|
2,5cc lart. Amilum + 2,5cc Benedict
|
D
|
2,5cc lart.gula + 2,55 Benedict
|
E
|
2,5cc lart.Amilum + 2,5cc air ludah (aduk dahulu 5
menit) + 2,5cc Benedict
|
d)
Panaskan tabung
C,D dan E di atas lampu spritus.
e)
Amati perubahan dan bandingkan hasil kelima
tabung tersebut.
f)
Masukkan
hasilnya ke dalam tabel pengamatan.
g)
Buat kesimpulan
dari percobaan tersebut.
2. Percobaan II (peranan empedu dalam proses pencernaan
makanan)
a)
Ambil 3 tabung
reaksi, masing-masing tandai dengan huruf A,B, dan C.
b)
Isilah tabung
dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabung
|
Isi
|
A
|
2,5cc minyak + 5cc air sabun
|
B
|
2,5cc minyak + 2,5cc air sabun (diaduk 2 menit) +
5cc air
|
C
|
2,5cc minyak + 2,5cc empedu (diaduk 2 menit + 5cc
air
|
c)
Aduk ketika
tabung reaksi selama 2 menit.
d)
Amati perubahan
yang terjadi dan bandingkan antara ketiga tabung.
e)
Masukkan
hasilnya kedalam tabel pengamatan dan buatlah kesimpulan hasil percobaan.
e.
Hasil
Percobaan
Ø Percobaaan
I (Peranan enzim ptyalin dalam proses pencernaan)
Tabung
|
Isi
|
Hasil Pengamatan
|
|
|
|
Tidak Dipanaskan
|
Dipanaskan
|
A
|
2,5cc
lart. Amilum + 2 tetes lugol
|
biru
kehitam-hitaman
|
-
|
B
|
2,5cc
lart. Gula + 2 tetes lugol
|
Orange
|
-
|
C
|
2,5cc
lart. Amilum + 2,5cc lart. Benedict
|
Biru
|
biru
lebih bening
|
D
|
2,5cc
lart. Gula + 2,5cc lart. Benedict
|
Biru
|
Hijau
dan terdapat endapan pada dasar tabung reaksi
|
E
|
2,5cc
lart. Amilum + 2,5cc air ludah (aduk dahulu 5 menit) + 2,5cc lart. Benedict
|
Biru
|
Orange
|
Ø Percobaan
II (Peranan empedu dalam proses pencernaan makanan)
Tabung
|
Isi
|
Hasil
|
A
|
2,5cc minyak + 5cc air
|
Larutan minyak dan air terpisah
(larutan minyak terdapat di permukaan sedangkan air terdapat di dasar)
|
B
|
2,5cc minyak + 2,5cc air sabun (diaduk
5 menit) + 5cc air
|
busa sabun bercampur dengan
larutan minyak yang berada di permukaan sedangkan air sabun bercampur dengan
air biasa di dasar tabung (berwarna agak keruh)
|
C
|
2,5cc minyak + 2,5cc empedu
(diaduk 5 menit) + 5cc air
|
Larutan empedu bercampur dengan
larutan minyak di permukaan (berbusa dan berwarna hijau muda) selain itu
larutan empedu juga bercampur dengan air di dasar tabung (berwarna hijau
pekat dan tidak berbusa)
|
f.
Pembahasan
a) Peranan
enzim ptyalin dalam proses pencernaan
Ø Pada
tabung A terdeteksi adanya kandungan amilum dalam campuran 2,5cc lart. Amilum +
2 tetes lugol, hal ini ditunjukkan dengan warna dari hasil pencampuran kedua
larutan yang berubah menjadi biru kehitam-hitaman
Ø Pada
tabung B tidak terdeksi adanya kandungan gula dalam campuran 2,5cc lart. Gula +
2 tetes lugol, hal ini ditunjukkan oleh warna dari hasil pencampuran kedua
larutan yang berubah menjadi orange
Ø Pada
tabung C tidak terdeteksi adanya kandungan glukosa dalam campuran 2,5cc lart.
Amilum + 2,5cc lart. Benedict, hal ini ditunjukkan oleh warna dari hasil
pencampuran kedua larutan yang berubah menjadi biru (sebelum dipanaskan)
kemudian berubah lagi menjadi biru agak bening dan tidak terdapat endapan
(setelah dipanaskan)
Ø Pada
tabung D terdeteksi adanya kandungan glukosa dalam campuran 2,5cc lart. Gula +
2,5cc lart. Benedict, hal ini ditunjukkan oleh warna dari hasil pencampuran
kedua larutan yang mula-mula berwarna biru (sebelum dipanaskan) kemudian
berubah menjadi hijau dan terdapat endapan (setelah dipanaskan).
Ø Pada
tabung E terdeteksi adanya kandungan glukosa dalam campuran 2,5cc lart. Amilum
+ 2,5cc air ludah (aduk dahulu 5 menit) + 2,5cc lart. Benedict, hal ini
ditunjukkan dengan perubahan warna pada campuran ketiga larutan tersebut yang
mula-mula berwarna biru (sebelum dipanaskan) kemudian berubah menjadi orange
(setelah dipanaskan)
b) Peranan
empedu dalam proses pencernaan makanan
Ø Percobaan
pada tabung A (campuran 2,5cc minyak + 5cc air) menunjukkan bahwa air tidak
bisa mengemulsi lemak, hal ini ditunjukkan oleh terpisahnya air dengan larutan
minyak (air di dasar tabung sedangkan minyak di permukaan)
Ø Percobaan
pada tabung B (2,5cc minyak + 2,5cc air sabun (diaduk 5 menit) + 5cc air)
menunjukkan bahwa air sabun dapat mengemulsi lemak, hal ini ditunjukkan dengan
tercampurnya air sabun dengan minyak
Ø Percobaan
pada tabung C (2,5cc minyak + 2,5cc empedu (diaduk 5 menit) + 5cc air)
menunjukkan bahwa cairan empedu dapat mengemulsi lemak, hal ini ditunjukkan
dengan tercampurnya cairan empedu dengan minyak.
g.
Kesimpulan
Ø Pada
percobaan I dapat disimpulkan bahwa enzim ptialin berfungsi untuk
menghidrolisis amilum/pati menjadi polisakarida pada proses pencernaan makanan.
Di
dalam air ludah terdapat enzim ptialin yang akan menghidrolisis amilum menjadi
polisakarida, hal ini ditunjukkan oleh perubahan warna yang terjadi pada
percampuran amilum dengan air ludah menjadi orange yang diberi uji benedict
setelah dipanaskan (pada tabung E)
Ø Pada
percobaan II dapat disimpulkan bahwa empedu berfungsi untuk mengemulsi lemak
pada proses pencernaan makanan, hal ini ditunjukkan oleh tercampurnya cairan
empedu dengan minyak (pada tabung C).
Daftar
Pustaka
http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/22 diakses tanggal 13 Maret
2011
Anonim, petunjuk praktikum Fisiologi Hewan Untuk
mahasiswa Fakultas Biologi. Laboratorium Fisiologi Hewan Biologi UGM.
Yogyakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)