Rabu, 14 September 2011

pencernaan manusia


Laporan Praktikum
Anatomi dan Fisiologi Manusia



DISUSUN OLEH :

MARIA ROSA K. LAZAR             091434024

PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011


a.      Acara Praktikum
Peranan Empedu dan Enzim Ptialin dalam Proses Pencernaan makanan

b.      Tujuan Praktikum
1.      Mahasiswa mampu melakukan uji peranan enzim ptialin dan empedu dalam proses pencernaan makanan.
2.      Mahasiswa mampu mengidentifikasi peranan enzim ptialin dan empedu dalam proses pencernaan makanan.
3.      Mahasiswa mampu memahami proses pencernaan secara enzimatis terutama oleh enzim ptialin dan mepedu.

c.       Dasar Teori / Tinjauan Pustaka

SISTEM PENCERNAAN MAMALIA
      Sistem pencernaan mamalia terdiri atas saluran pencernaan dan berbagai kelenjar aksesoris yang mensekresikan getah pencernaan ke dalam saluran itu melalui duktus (saluran). Peristalsis, gelombang kontraksi berirama oleh otot polos pada dinding saluran pencernaan, akan mendorong makanan di sepanjang ssaluran tersebut. Pada beberapa persambungan antara segmen-segmen terspesialisasi (khusus) pada pipa pencernaan, lapisan otot dimodifikasi menjadi katup berbentuk cincin yang disebut sfingter (sphincter), yang menutup pipa pencernaan tersebut seperti tali pengikat, dan mengatur aliran materi di antara ruangan-ruangan dalam saluran itu.
      Kelenjar aksesoris sistem pencernaan mamalia adalah tiga pasang kelenjar ludah (salivary gland), pankreas, hati (liver), dan organ penyimpanannya, kantung empedu (gallbladder).

Rongga Mulut, Faring, dan Esofagus Mengawali Pengolahan Makanan
Rongga Mulut
            Pencermaan makanan secara fisik dan kimiawi dimulai dalam mulut. Selama pengunyahan, geligi dengan berbagai ragam bentuk akan memotong, melumat, dan menggerus makanan, yang membuat makanan tersebut lebih mudah ditelan dan meningkatkan luas permukaannya. Kehadiran makanan dalam rongga mulut (oral cavity) akan memicu refleks syaraf yang menyebabkan kelenjar ludah mengeluarkan ludah melalui duktus (saluran) ke rongga mulut. Bahkan sebelum makanan sesungguhnya berada dalam rongga mulut, ludah bisa dihasilkan sebagai antisipasi karena ada hubungan yang telah diketahui antara waktu makan dalam satu hari, aroma masakan, atau rangsangan lain.
            Pada manusia, lebih dari satu liter ludah disekresikan ke dalam rongga mulut setiap hari. Terlarut dalam ludah adalah glikoprotein licin (kompleks karbohidrat-protein) yang disebut musin, yang melindungi lapisan lunak rongga mulut dari kerusakan akibat gesekan dan melumasi makanan supaya lebih mudah ditelan. Ludah mengandung buffer (dapar atau penyangga) yang membantu mencegah pembusukan geligi dengan cara menetralkan asam dalam mulut. Zat antibakteri dalam ludah juga akan membunuh banyak bakteri yang memasuki mulut melalui makanan.
            Yang terakhir, pencernaan karbohidrat, sumber energi kimia utama tubuh, dimulai dalam rongga mulut. Ludah mengandung amilase ludah (salivary amylase), enzim pencernaan yang menghidrolisis pati (polimer glukosa dari tumbuhan), dan glikogen (polimer glukosa dari hewan). Produk utama dari pencernaan oleh enzim ini adalah polisakarida yang lebih kecil dan disakarida maltosa.
            Lidah akan mengecap makanan, memanipulasinya selama pengunyahan, dan membantu membentuk makanan menjadi sebuah bola yang disebut bolus. Selama penelanan, lidah akan mendorong bolus ke bagian belakang rongga mulut dan akhirnya ke dalam faring.

Faring
            Daerah yang kita sebut kerongkongan adalah  faring (pharynx), persimpangan yang menuju ke esofagus dan trakea (batang tenggorokan). Ketika kita menelan, bagian atas batang tenggorokan akan bergerak ke atas sehingga lubang pembukaannya, glotis, tertutup oleh penutup dari tulang rawan, yaitu epiglotis. Anda dapat melihat pergerakan ini dalam naik turunnya jakun selama penelanan. Penutup lubang batang tenggorokan akan melindungi sistem respirasi terhadap masuknya makanan atau cairn selama penelanan. Mekanisme penelanan secara normal akan menjamin bahwa bolus akan dipandu ke dalam jalan masuk esofagus.

Esofagus
            Esopagus (esophagus) mengalirkan makanan dari faring turun ke lambung. Peristalsis akan mendorong bolus sepanjang esofagus yang sempit. Otot pada bagian paling atas esofagus adalah otot lurik (otot sadar). Dengan demikian, tindakan penelanan dimulai secara sadar, tetapi kemudian gelombang kontraksi tak sadar oleh otot polos pada sisa esofagus selanjutnya akan menggantikannya. Amilase ludah terus menghidrolisis pati dan glikogen sementara bolus makanan lewat melalui esofagus.

Lambung
            Lambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti kantung. Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut. Ada 3 jenis otot polos yang menyusun lambung, yaitu otot memanjang, otot melingkar, dan otot menyerong.
Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi yang dihasilkan lambung adalah :
  • Asam HCl ,Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada usus halus
  • Lipase , Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase yang dihasilkan sangat sedikit
  • Renin , Mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya dimiliki oleh bayi.
  • Mukus , Melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.
            Hasil penggerusan makanan di lambung secara mekanik dan kimiawi akan menjadikan makanan menjadi bubur yang disebut bubur kim.
Fungsi HCI Lambung :
1.      Merangsang keluamya sekretin
2.      Mengaktifkan Pepsinogen menjadi Pepsin untuk memecah protein.
3.      Desinfektan
4.      Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang empdu mengeluarkan getahnya.

Usus Halus
            Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m). Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus.



Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :
  • Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida
  • Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino.
  • Hormon Sekretin Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus halus
  • Hormon CCK (Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus halus.
Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :
  • Bikarbonat Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung
  • Enterokinase Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino.
  • Amilase Mengubah amilum menjadi disakarida
  • Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol
  • Tripsinogen Tripsin yang belum aktif.
  • Kimotripsin Mengubah peptone menjadi asam amino
  • Nuklease Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat
  • Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar normal
  • Hormon Glukagon Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal
                        Pencernaan makanan secara kimiawi pada usus halus terjadi pada suasana basa. Prosesnya sebagai berikut :
a)      Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan oleh bikarbonat dari pancreas.
b)      Makanan yang kini berada di usus halus kemudian dicerna sesuai kandungan zatnya. Makanan dari kelompok karbohidrat akan dicerna oleh amylase pancreas menjadi disakarida. Glukaosa hasil pencernaan kemudian diserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah.
c)      Makanan dari kelompok protein setelah dilambung dicerna menjadi pepton, maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin menjadi asam amino. Asam amino kemudian diserap usus dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah.
d)     Makanan dari kelompok lemak, pertama-tama akan dilarutkan (diemulsifikasi) oleh cairan empedu yang dihasilkan hati menjadi butiran-butiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak kemudian diuraikan oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol kemudian diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh pembuluh limfa.

Usus Besar (Kolon)

            Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : Kolon asenden, Kolon Transversum, dan Kolon desenden. Fungsi kolon adalah:


a)      Menyerap air selama proses pencernaan.
b)      Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli.
c)      Membentuk massa feses
d)     Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran feses dari tubuh ddefekasi.


Rektum dan Anus
Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.























d.      Alat, Bahan, dan Cara Kerja
Alat:
1.      Tabung Reaksi (5 buah)        : berfungsi sebagai tempat larutan yang akan diuji
2.      Rak Tabung Reaksi               : berfungsi sebagai wadah untuk menaruh tabung reaksi
3.      Penjepit Tabung Reaksi        : berfungsi untuk menjepit tabung reaksi pada saat
dipanaskan di atas lampu spiritus
4.      Pengaduk dan Pipet Tetes    : pengaduk digunakan untuk mengaduk larutan agar
tercampur, sedangkan pipet tetes
5.      Gelas Piala Kecil                   : digunakan sebagai wadah air ludah
6.      Gelas Piala Sedang               : digunakan sebagai wadah larutan lugol, Benedict,
  amilum, gula, dan sabun
7.      Gelas Piala Besar                  :
8.      Gelas Ukur Kecil                  : digunakan untuk mengukur larutan dalam cc/ml
9.      Lampu Spiritus                     : digunakan untuk memanaskan larutan

Bahan:
1.      Air ludah
2.      Empedu
3.      Minyak kelapa
4.      Larutan lugol
5.      Larutan benedict
6.      Larutan kanji/amilum
7.      Larutan gula
8.      Air Sabun/detergen

Cara kerja:
1.      Percobaan I (peranan enzim ptyalin dalam proses pencernaan makanan)
a)      Keluarkan  ludahmu sekitar 5 ml dan tampung di dalam gelas piala kecil
b)      Ambil 5 tabung reaksi masing-masing tandai dengan huruf A,B,C,D, dan E.
c)      Isilah kelima tabung dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabung
Isi
A
2,5cc lart.amilum + 2 tetes lugol
B
2,5cc lart.gula + 2 tetes lugol
C
2,5cc lart. Amilum + 2,5cc Benedict
D
2,5cc lart.gula + 2,55 Benedict
E
2,5cc lart.Amilum + 2,5cc air ludah (aduk dahulu 5 menit) + 2,5cc Benedict

d)     Panaskan tabung C,D dan E di atas lampu spritus.
e)       Amati perubahan dan bandingkan hasil kelima tabung tersebut.
f)       Masukkan hasilnya ke dalam tabel pengamatan.
g)      Buat kesimpulan dari percobaan tersebut.

2.      Percobaan II (peranan empedu dalam proses pencernaan makanan)
a)      Ambil 3 tabung reaksi, masing-masing tandai dengan huruf A,B, dan C.
b)      Isilah tabung dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabung
Isi
A
2,5cc minyak + 5cc air sabun
B
2,5cc minyak + 2,5cc air sabun (diaduk 2 menit) + 5cc air
C
2,5cc minyak + 2,5cc empedu (diaduk 2 menit + 5cc air

c)      Aduk ketika tabung reaksi selama 2 menit.
d)     Amati perubahan yang terjadi dan bandingkan antara ketiga tabung.
e)      Masukkan hasilnya kedalam tabel pengamatan dan buatlah kesimpulan hasil percobaan.










e.       Hasil Percobaan
Ø  Percobaaan I (Peranan enzim ptyalin dalam proses pencernaan)
Tabung
Isi
Hasil Pengamatan


Tidak Dipanaskan
Dipanaskan
A
2,5cc lart. Amilum + 2 tetes lugol
biru kehitam-hitaman
-
B
2,5cc lart. Gula + 2 tetes lugol
Orange
-
C
2,5cc lart. Amilum + 2,5cc lart. Benedict
Biru
biru lebih bening
D
2,5cc lart. Gula + 2,5cc lart. Benedict
Biru
Hijau dan terdapat endapan pada dasar tabung reaksi
E
2,5cc lart. Amilum + 2,5cc air ludah (aduk dahulu 5 menit) + 2,5cc lart. Benedict
Biru
Orange

Ø  Percobaan II (Peranan empedu dalam proses pencernaan makanan)
Tabung
Isi
Hasil
A
2,5cc minyak + 5cc air
Larutan minyak dan air terpisah (larutan minyak terdapat di permukaan sedangkan air terdapat di dasar)
B
2,5cc minyak + 2,5cc air sabun (diaduk 5 menit) + 5cc air
busa sabun bercampur dengan larutan minyak yang berada di permukaan sedangkan air sabun bercampur dengan air biasa di dasar tabung (berwarna agak keruh)
C
2,5cc minyak + 2,5cc empedu (diaduk 5 menit) + 5cc air
Larutan empedu bercampur dengan larutan minyak di permukaan (berbusa dan berwarna hijau muda) selain itu larutan empedu juga bercampur dengan air di dasar tabung (berwarna hijau pekat dan tidak berbusa)

f.       Pembahasan
a)      Peranan enzim ptyalin dalam proses pencernaan
Ø  Pada tabung A terdeteksi adanya kandungan amilum dalam campuran 2,5cc lart. Amilum + 2 tetes lugol, hal ini ditunjukkan dengan warna dari hasil pencampuran kedua larutan yang berubah menjadi biru kehitam-hitaman
Ø  Pada tabung B tidak terdeksi adanya kandungan gula dalam campuran 2,5cc lart. Gula + 2 tetes lugol, hal ini ditunjukkan oleh warna dari hasil pencampuran kedua larutan yang berubah menjadi orange
Ø  Pada tabung C tidak terdeteksi adanya kandungan glukosa dalam campuran 2,5cc lart. Amilum + 2,5cc lart. Benedict, hal ini ditunjukkan oleh warna dari hasil pencampuran kedua larutan yang berubah menjadi biru (sebelum dipanaskan) kemudian berubah lagi menjadi biru agak bening dan tidak terdapat endapan (setelah dipanaskan)
Ø  Pada tabung D terdeteksi adanya kandungan glukosa dalam campuran 2,5cc lart. Gula + 2,5cc lart. Benedict, hal ini ditunjukkan oleh warna dari hasil pencampuran kedua larutan yang mula-mula berwarna biru (sebelum dipanaskan) kemudian berubah menjadi hijau dan terdapat endapan (setelah dipanaskan).
Ø  Pada tabung E terdeteksi adanya kandungan glukosa dalam campuran 2,5cc lart. Amilum + 2,5cc air ludah (aduk dahulu 5 menit) + 2,5cc lart. Benedict, hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna pada campuran ketiga larutan tersebut yang mula-mula berwarna biru (sebelum dipanaskan) kemudian berubah menjadi orange (setelah dipanaskan)

b)      Peranan empedu dalam proses pencernaan makanan
Ø  Percobaan pada tabung A (campuran 2,5cc minyak + 5cc air) menunjukkan bahwa air tidak bisa mengemulsi lemak, hal ini ditunjukkan oleh terpisahnya air dengan larutan minyak (air di dasar tabung sedangkan minyak di permukaan)
Ø  Percobaan pada tabung B (2,5cc minyak + 2,5cc air sabun (diaduk 5 menit) + 5cc air) menunjukkan bahwa air sabun dapat mengemulsi lemak, hal ini ditunjukkan dengan tercampurnya air sabun dengan minyak
Ø  Percobaan pada tabung C (2,5cc minyak + 2,5cc empedu (diaduk 5 menit) + 5cc air) menunjukkan bahwa cairan empedu dapat mengemulsi lemak, hal ini ditunjukkan dengan tercampurnya cairan empedu dengan minyak.

g.      Kesimpulan
Ø  Pada percobaan I dapat disimpulkan bahwa enzim ptialin berfungsi untuk menghidrolisis amilum/pati menjadi polisakarida pada proses pencernaan makanan.
Di dalam air ludah terdapat enzim ptialin yang akan menghidrolisis amilum menjadi polisakarida, hal ini ditunjukkan oleh perubahan warna yang terjadi pada percampuran amilum dengan air ludah menjadi orange yang diberi uji benedict setelah dipanaskan (pada tabung E)

Ø  Pada percobaan II dapat disimpulkan bahwa empedu berfungsi untuk mengemulsi lemak pada proses pencernaan makanan, hal ini ditunjukkan oleh tercampurnya cairan empedu dengan minyak (pada tabung C).


























Daftar Pustaka

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/22 diakses tanggal 13 Maret 2011
 Anonim,  petunjuk praktikum Fisiologi Hewan Untuk mahasiswa Fakultas Biologi. Laboratorium Fisiologi Hewan Biologi UGM. Yogyakarta.